KEBERSAMAAN

KEBERSAMAAN

Kamis, 31 Maret 2011

Dikenal Galak Namun Bu Sular Ukir Banyak Prestasi

Di mata murid-muridnya, Bu Sular (55 th) dikenal sebagai guru yang galak. Betapa tidak, mendengar suara sepatunya saja saat hendak memasuki ruang kelas, para siswa langsung cek klakep (langsung diam dan tidak banyak kutik -red). Padahal guru matematika ini tak nampak sedang membawa senjata apapun saat mengajar. Ah, sikap siswa ini barangkali bukan karena takut, tetapi justru timbul karena para siswa merasa segan pada Bu Sular.
       Sebagai guru matematika, alumnus Universitas Wisnuwardhana Malang ini dikenal dengan predikat guru 1001 jurus jitu. Di sekolahnya kini, SMA Negeri 1 Kota Batu, Bu Sular juga dikenal disiplin dan agak keras dalam mengajar. Metode mengajar seperti ini ditempuh penyandang anugerah juara I guru berprestasi nasional tahun 2001 ini, agar siswa memiliki pribadi yang kuat dan semangat tinggi untuk belajar.
“Saya tidak merasa lebih pandai daripada murid-murid yang saya ajar. Saya hanya lebih cepat satu malam untuk belajar sebelum saya mengajar pagi harinya,” demikian prinsip Bu Sular.
Dengan prinsip ini, Bu Sular selalu percaya bahwa semua orang bisa memiliki kemampuan yang lebih daripada dirinya. Bukan dengan sim salabim, seorang Sular bisa meraih segudang prestasi baik di bidang matematika maupun di bidang pendidikan secara umum. “Karena saya memang sangat peduli dengan pendidikan anak-anak,” lanjut ibu satu putra ini.
         Sejak duduk di bangku SMP, keinginan Bu Sular untuk maju sudah terlihat. Dari kawasan pinggiran kabupaten Malang, di Kasembon, Bu Sular rela hijrah ke Batu agar bisa menempuh pendidikan dengan lebih baik di SMP K Widyatama. “Sebenarnya tidak terlalu jauh, tapi berhubung jaman dulu masih sepi, jadi saya harus ikut tinggal di tempat saudara di Batu,” kenangnya.
Bertahap, Bu Sular memulai mengukir prestasi. Meski sudah berhasil menamatkan pendidikan di SMA Negeri Pare, putri kepala desa ini masih berjuang untuk memelajari bidang eksak yang digemarinya hingga mendapatkan gelar sarjana muda di IKIP Negeri Malang. “Baru kemudian saya mulai mengajar di SMP,” tuturnya.
       Anehnya, pada masa itu Bu Sular juga memiliki perasaan minder daripada teman-temannya. Pasalnya ia berasal dari daerah, sedangkan teman-temannya banyak yang berasal dari kota Malang. “Jadi pada saat memilih sekolah untuk mengajar pun saya tidak berani memilih mengajar di sekolah-sekolah negeri apalagi yang bagus,” cerita guru yang juga mengajar di sebuah Lembaga Bimbingan Belajar di Batu ini.
Ia merasa, kemampuannya belum memadai untuk mengajar di sekolah favorit, padahal banyak teman-teman yang memberikan dukungan padanya. Ia pun mulai mengawali karirnya di sebuah sekolah swasta. Baru beberapa tahun kemudian ia memiliki kesempatan menjadi guru di sekolah negeri yang sampai sekarang masih menjadi tempatnya bekerja, yakni SMA Negeri 1 Batu. “Untungnya saya bisa memilih untuk di tempatkan di Batu,” ujar Sular saat ditemui di rumahnya.
       Tahun demi tahun membuatnya berpikir dan mencari solusi agar matematika tidak menjadi momok bagi para siswa. Hasilnya, ia memiliki jurus-jurus jitu yang kemudian ia tularkan kepada para siswanya, sehingga tak jarang pula rekan-rekan guru menganggap Sular mampu mengerjakan soal-soal matematika meski dengan melihat saja. “Mungkin karena sudah terbiasa dengan cara-cara singkat,” ujarnya sambil tertawa saat menanggapi komentar tentang dirinya.
Ditanya tentang sebab dirinya mencintai matematika, Sular mengatakan bahwa memelajari matematika adalah sama dengan memberikan waktu kepada otak kita untuk berpikir. “Mau tidak mau kita harus mencari solusi untuk memecahkan soal yang kita hadapi,” tuturnya memberikan alasan.
Lebih dari itu, perempuan yang kini banyak menjadi pembicara dalam seminar-seminar pendidikan ini mengatakan bahwa dengan berlatih matematika akan membawa diri untuk terbiasa berpikir logis. “Kalau terus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maka akan memudahkan untuk memelajari pelajaran yang lain juga,” katanya.
       Karena itulah ia selalu mengajak siswa untuk tidak menyerah saat merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika. Sular juga mengakui bahwa dengan begitu, seseorang akan dilatih untuk bersabar. “Meskipun suatu soal dapat dikerjakan denngan cara cepat, siswa harus tetap memahami konsep untuk memudahkan mereka menyelesaikan soal-soal lain yang serupa,” tegas guru yang banyak memberikan solusi dalam pembelajaran matematika lewat karya-karyanya.
Ia pun rela disebut sebagai guru yang galak karena tidak mau bertoleransi terhadap siswanya yang lupa tidak mengerjakan tugas. Ia pun meyakinkan siswanya bahwa dengan banyak cara mereka bisa menyelesaikan soal sesulit apapun. “Saya hanya membiasakan mereka untuk disiplin, bukan membuat mereka semakin tidak suka pada matematika,” pungkas guru yang selalu siap membimbing siswanya yang kesulitan belajar matematika ini.

TEORI BELAJAR HUMANISTIK


Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. \proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
            Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah :
  1. Proses pemerolehan informasi baru,
  2. Personalia informasi ini pada individu.

Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain adalah: Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.

  1. Arthur Combs (1912-1999)
Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
            Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
            Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.

  1. Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
(1)   suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2)   kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis.
Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).
            Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.

  1. Carl Rogers
Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang agama tetapi akhirnya pindah ke bidang psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di Universitas Columbia dan mendapat gelar Ph.D pada tahun 1931, sebelumnya ia telah merintis kerja klinis di Rochester Society untuk mencegah kekerasan pada anak.
            Gelar profesor diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis buku pertamanya, Counseling and Psychotherapy dan secara bertahap mengembangkan konsep Client-Centerd Therapy.
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
    1. Kognitif (kebermaknaan)
    2. experiential ( pengalaman atau signifikansi)

Guru menghubungan pengetahuan akademik ke  dalam pengetahuan terpakai seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.
            Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1.      Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2.      Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
3.      Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4.      Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.

Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :
a.       Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b.      Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c.       Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d.      Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e.       Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f.       Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g.      Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h.      Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
i.        Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j.        Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif.  Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
  1. Merespon perasaan siswa
  2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
  3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
  4. Menghargai siswa
  5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
  6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
  7. Tersenyum pada siswa
Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.

Implikasi Teori Belajar Humanistik

a. Guru Sebagai Fasilitator
            Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator yang berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas sifasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa guidenes(petunjuk):
1.      Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2.      Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3.      Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4.      Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5.      Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6.      Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7.      Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
8.      Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
9.      Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
10.  Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.


Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa

            Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
            Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
            Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
  1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
  2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
  3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
  4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
  5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
  6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
  7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
  8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

Sumber:
  1. Psikologi Belajar: Dr. Mulyati, M.Pd
  2. Psikologi Belajar: Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono
  3. Psikologi Pendidikan: Sugihartono,dkk
  4. Psikologi Pendidikan: Rochman Natawidjaya dan Moein Moesa
  5. Landasan Kependidikan: Prof. Dr. Made Pidarta

Senin, 28 Maret 2011

Rubrik Penilaian Matematika Siswa


© 2008 Dewan Nasional Guru Matematika
http://illuminations.nctm.org http://illuminations.nctm.org
Paper Pool Project Rubric Proyek Pool kertas Rubrik
This rubric employs a point scale for four different areas of assessment, for a total of 21 possible Rubrik ini menggunakan skala titik untuk empat bidang penilaian yang berbeda, dengan total dari 21 mungkin
points. poin. (The rubric does not assess students' work on the optional extension questions on the length (Para rubrik tidak menilai kerja siswa pada ekstensi opsional pertanyaan pada panjang
of the path of the ball or the symmetry of the path.) Use the rubric as presented here, or modify it to dari jalur bola atau simetri jalan.) Gunakan rubrik yang disajikan di sini, atau mengubahnya agar
fit your needs and your district's requirements for evaluating and reporting students' work and sesuai dengan kebutuhan anda dan kebutuhan daerah anda untuk mengevaluasi dan pelaporan kerja siswa dan
understanding. pemahaman.
Mathematics (0-8 points) Matematika (0-8 poin)
Rules or patterns for predicting the stopping corner (0-4 points) Aturan atau pola untuk memprediksi sudut menghentikan (0-4 poin)
4 Student states at least one correct sophisticated rule and addresses all possible 4 Siswa menyatakan setidaknya satu aturan yang benar canggih dan alamat semua kemungkinan
situations for where the ball will stop. situasi-situasi dimana bola akan berhenti.
3 Student states one correct sophisticated rule or several specific rules that address 3 Siswa benar canggih menyatakan satu aturan atau beberapa aturan khusus yang membahas
several possible situations for where the ball will stop. beberapa kemungkinan situasi untuk dimana bola akan berhenti.
2 Student states at least two correct specific rules. 2 Mahasiswa menyatakan setidaknya dua benar peraturan tertentu.
1 Student shows evidence of searching for a pattern but states no original pattern or rule 1 Siswa menunjukkan bukti mencari pola tetapi tidak menyatakan pola asli atau aturan
or student states one specific rule. atau mahasiswa negara satu aturan tertentu.
0 Student does not engage in the task or gives no patterns or rules. 0 Siswa tidak terlibat dalam tugas atau tidak memberikan pola atau aturan.
Rules or patterns for predicting the number of hits (0-4 points) Aturan atau pola untuk memprediksi jumlah hits (0-4 poin)
4 Student states at least one correct sophisticated rule and addresses all possible 4 Siswa menyatakan setidaknya satu aturan yang benar canggih dan alamat semua kemungkinan
situations for the number of hits. situasi untuk jumlah hit.
3 Student states one correct sophisticated rule or several specific rules that address 3 Siswa benar canggih menyatakan satu aturan atau beberapa aturan khusus yang membahas
several possible situations for the number of hits. beberapa kemungkinan situasi untuk jumlah hit.
2 Student states at least two correct specific rules. 2 Mahasiswa menyatakan setidaknya dua benar peraturan tertentu.
1 Student shows evidence of searching for a pattern but states no original pattern or rule 1 Siswa menunjukkan bukti mencari pola tetapi tidak menyatakan pola asli atau aturan
or student states one specific rule. atau mahasiswa negara satu aturan tertentu.
0 Student does not engage in the task or gives no patterns or rules. 0 Siswa tidak terlibat dalam tugas atau tidak memberikan pola atau aturan.

Page 2 Page 2
© 2008 National Council of Teachers of Mathematics © 2008 Dewan Nasional Guru Matematika
http://illuminations.nctm.org http://illuminations.nctm.org
Problem Solving and Reasoning (0-4 points) Pemecahan Masalah dan Penalaran (0-4 poin)
4 Student shows complete reasoning to support sophisticated rules for both situations. 4 Siswa menunjukkan penalaran yang lengkap untuk mendukung aturan canggih untuk kedua situasi.
3 Student shows adequate reasoning to support at least one sophisticated rule or student 3 Siswa menunjukkan penalaran yang memadai untuk mendukung setidaknya satu aturan atau siswa canggih
gives complete reasoning to support specific rules for both situations. memberikan penalaran yang lengkap untuk mendukung peraturan tertentu untuk kedua situasi.
2 Student shows reasoning about rules through words or organizational instruments but 2 Siswa menunjukkan penalaran tentang aturan-aturan melalui kata-kata atau instrumen organisasi tetapi
the reasoning is weak - tests an inadequate variety of situations and draws conclusions alasan lemah - tes yang tidak memadai berbagai situasi dan menarik kesimpulan
that would require testing more cases or examining more varied arrangements or pengujian yang akan memerlukan lebih banyak kasus atau memeriksa lebih bervariasi pengaturan atau
student has only one or two specific rules and does not address both situations. mahasiswa hanya memiliki satu atau dua aturan khusus dan tidak alamat kedua situasi.
1 Student shows reasoning about rules through words or organizational instruments but 1 Siswa menunjukkan penalaran tentang aturan-aturan melalui kata-kata atau instrumen organisasi tetapi
the reasoning is faulty - it employs incorrect logic or nonsensical statements in the alasannya rusak - itu menggunakan logika yang salah atau pernyataan tidak masuk akal dalam
context of the problem or student only reasons through one specific rule. konteks masalah atau alasan hanya siswa melalui salah satu aturan tertentu.
0 Student does not engage in the task. 0 Siswa tidak terlibat dalam tugas.
Communication (0-4 points) Komunikasi (0-4 poin)
4 Report is clearly written and easy to follow. 4 Laporan ditulis dengan jelas dan mudah diikuti.
3 With some extra effort, the reader can follow the student's report. 3 Dengan beberapa usaha ekstra, pembaca bisa mengikuti laporan siswa.
2 Significant effort is needed to follow the student's report. 2 upaya yang signifikan diperlukan untuk mengikuti laporan siswa.
1 Student does not address the task. 1 Siswa tidak membahas tugas.
0 Student does not communicate in any form. 0 Siswa tidak berkomunikasi dalam bentuk apapun.
Checklist (0-5 points) Checklist (0-5 poin)
2 Student gives a correct new table for each rule and gives at least two rules. 2 Siswa memberikan tabel baru yang tepat untuk setiap aturan dan memberikan setidaknya dua peraturan. (One rule (Satu aturan
and one correct corresponding table is worth 1 point.) dan satu meja sesuai benar bernilai 1 poin.)
2 Students use organizational tool(s) to search for patterns and rules. 2 Siswa menggunakan alat organisasi (s) untuk mencari pola dan aturan. (Quality is the (Kualitas adalah
determining factor for giving a paper 0, 1, or 2 points.) faktor penentu untuk memberikan kertas 0, 1, atau 2 poin.)
1 Student completes the Lab sheets. 1 Siswa menyelesaikan lembar Lab.